Selasa, 11 Maret 2014

FCTC dan Petani Tembakau

PADA dasarnya ada dua kelompok masyarakat yang menentang regulasi pengendalian konsumsi rokok. Pertama, industri rokok yang ketakutan bisnisnya akan tutup. Kedua, pencandu rokok yang takut akan sulit mendapatkan rokok yang sudah menjeratnya. Di antara kedua kelompok itu terdapat politisi dan birokrat korup yang menikmati dana dari industri rokok.

Bahwa industri rokok akan dengan senang hati mengucurkan uang agar tak ada kebijakan yang membatasi geraknya, bukan rahasia lagi dan terjadi di banyak negara. Kegerahan industri rokok akibat munculnya regulasi pengendalian konsumsi rokok pertama kali terjadi di Amerika Serikat, negara produsen rokok terbesar dunia. Itu dimulai setelah mencuatnya penelitian-penelitian kesehatan yang membuktikan adanya kaitan antara konsumsi rokok dan meningkatnya kanker paru-paru di AS.

Mulailah muncul pendapat di kalangan Pemerintah AS untuk mengendalikan konsumsi rokok. Industri rokok melawan pendapat itu dengan menyebarkan keraguan dan sanggahan bahwa produk mereka tidak berbahaya bagi kesehatan. Perlawanan itu dibarengi dengan penyebaran keraguan bahwa rokok dapat menyebabkan kanker.

Kamis, 17 Oktober 2013

Rolls-Royce 234





Dalam buku Pak Beye dan Istananya, Wisnu Nugroho menulis tentang kehadiran sebuah mobil Rolls-Royce di Istana dengan nomor polisi 234. Wisnu juga menyiratkan bahwa mobil mewah tersebut milik pengusaha rokok terkenal di Indonesia, Sampoerna. 
 
Sebagaimana diketahui, merek 234 (Djie Sam Soe) adalah salah satu merek rokok produksinya. Wisnu juga menyindir para perokok yang ikut menyumbang pengusaha itu untuk dapat membeli Rolls-Royce tanpa ikut menikmatinya. Entah mengapa ia juga menulis bahwa Kepala BIN waktu itu akan menemani para perokok.

Rabu, 27 Maret 2013

Car Free Day



Kali pertama digulirkan tahun 2002, car free day Jakarta hanya dilaksanakan di titik tertentu, yaitu Jl Mh Thamrin. Esensi dari car free day juga masih belum ditangkap sepenuhnya oleh masyarakat. Tak mengherankan jika kerap dijumpai mobil atau motor yang nyelonong di jalan yang seharusnya bebas dari kendaraan bermotor. Petugas – Kepolisian dan Dinas Perhubungan terpaksa pontang-panting mengejar dan memperingatkan para penyelonong jalur car free day.

Seiring berjalannya waktu, ketika hari bebas kendaraan bermotor dilaksanakan tiap hari minggu – semula hanya dua kali dalam sebulan, lokasi car free day juga mulai diperluas. Dan yang lebih penting, tanggung jawab masyarakat terhadap keberlangsungan car free day mulai terbangun.

Senin, 25 Maret 2013

Layak Tontonkah Televisi Kita?

Dibandingkan dengan media lain, televisi memiliki beberapa kelebihan. Diantara kelebihan tersebut karena media televisi dapat menyampaikan pesan pada pemirsanya dengan penggabungan antara suara, tulisan dan visualisasi bergerak yang tidak didapat di media lain. Maka tak mengherankakan bila dalam perkembangannya, menonton televisi bukan lagi sebuah keinginan, namun lebih dari itu telah menjadi kebutuhan.

Tetapi malang, ketika kebutuhan masyarakat akan televisi semakin tinggi, justru kita direcoki dengan tayangan yang bertentangan dengan akal sehat, tidak membumi, meninggalkan nilai-nilai edukatif, kekerasan dan bias gender. Sajian dari berbagai stasiun televisi di negeri ini, sebagian besar telah mengabaikan pada nilai-nilai dan budaya kesantunan. Mulai dari tayangan infotainment, acara hiburan, iklan sampai pada acara pemberitaan, acapkali menampilkan tayangan diluar kelayakan buat konsumsi publik, khususnya anak-anak.