PADA dasarnya ada dua kelompok masyarakat yang menentang regulasi pengendalian konsumsi rokok. Pertama,
industri rokok yang ketakutan bisnisnya akan tutup. Kedua, pencandu
rokok yang takut akan sulit mendapatkan rokok yang sudah menjeratnya. Di
antara kedua kelompok itu terdapat politisi dan birokrat korup yang
menikmati dana dari industri rokok.
Bahwa
industri rokok akan dengan senang hati mengucurkan uang agar tak ada
kebijakan yang membatasi geraknya, bukan rahasia lagi dan terjadi di
banyak negara. Kegerahan industri rokok akibat munculnya regulasi
pengendalian konsumsi rokok pertama kali terjadi di Amerika Serikat,
negara produsen rokok terbesar dunia. Itu dimulai setelah mencuatnya
penelitian-penelitian kesehatan yang membuktikan adanya kaitan antara
konsumsi rokok dan meningkatnya kanker paru-paru di AS.
Mulailah
muncul pendapat di kalangan Pemerintah AS untuk mengendalikan konsumsi
rokok. Industri rokok melawan pendapat itu dengan menyebarkan keraguan
dan sanggahan bahwa produk mereka tidak berbahaya bagi kesehatan.
Perlawanan itu dibarengi dengan penyebaran keraguan bahwa rokok dapat
menyebabkan kanker.
Senja Merah Saga
Bergegaslah sebelum senja, sebelum Malam menelan semuanya
Selasa, 11 Maret 2014
Kamis, 17 Oktober 2013
Dalam buku Pak Beye dan Istananya, Wisnu Nugroho menulis tentang kehadiran sebuah mobil Rolls-Royce di Istana dengan nomor polisi 234. Wisnu juga menyiratkan bahwa mobil mewah tersebut milik pengusaha rokok terkenal di Indonesia, Sampoerna.
Sebagaimana
diketahui, merek 234 (Djie Sam Soe) adalah salah satu merek rokok produksinya.
Wisnu juga menyindir para perokok yang ikut menyumbang pengusaha itu untuk
dapat membeli Rolls-Royce tanpa ikut menikmatinya. Entah mengapa ia juga
menulis bahwa Kepala BIN waktu itu akan menemani para perokok.
Rabu, 27 Maret 2013
Kali pertama digulirkan tahun
2002, car free day Jakarta hanya
dilaksanakan di titik tertentu, yaitu Jl Mh Thamrin. Esensi dari car free day juga masih belum ditangkap
sepenuhnya oleh masyarakat. Tak mengherankan jika kerap dijumpai mobil atau
motor yang nyelonong di jalan yang seharusnya bebas dari kendaraan bermotor.
Petugas – Kepolisian dan Dinas Perhubungan terpaksa pontang-panting mengejar
dan memperingatkan para penyelonong jalur car
free day.
Seiring berjalannya waktu, ketika
hari bebas kendaraan bermotor dilaksanakan tiap hari minggu – semula hanya dua
kali dalam sebulan, lokasi car free day
juga mulai diperluas. Dan yang lebih penting, tanggung jawab masyarakat
terhadap keberlangsungan car free day mulai
terbangun.
Senin, 25 Maret 2013
Layak Tontonkah Televisi Kita?
Dibandingkan dengan media lain, televisi memiliki beberapa kelebihan.
Diantara kelebihan tersebut karena media televisi dapat menyampaikan
pesan pada pemirsanya dengan penggabungan antara suara, tulisan dan
visualisasi bergerak yang tidak didapat di media lain. Maka tak
mengherankakan bila dalam perkembangannya, menonton televisi bukan lagi
sebuah keinginan, namun lebih dari itu telah menjadi kebutuhan.
Tetapi malang, ketika kebutuhan masyarakat akan televisi semakin tinggi, justru kita direcoki dengan tayangan yang bertentangan dengan akal sehat, tidak membumi, meninggalkan nilai-nilai edukatif, kekerasan dan bias gender. Sajian dari berbagai stasiun televisi di negeri ini, sebagian besar telah mengabaikan pada nilai-nilai dan budaya kesantunan. Mulai dari tayangan infotainment, acara hiburan, iklan sampai pada acara pemberitaan, acapkali menampilkan tayangan diluar kelayakan buat konsumsi publik, khususnya anak-anak.
Tetapi malang, ketika kebutuhan masyarakat akan televisi semakin tinggi, justru kita direcoki dengan tayangan yang bertentangan dengan akal sehat, tidak membumi, meninggalkan nilai-nilai edukatif, kekerasan dan bias gender. Sajian dari berbagai stasiun televisi di negeri ini, sebagian besar telah mengabaikan pada nilai-nilai dan budaya kesantunan. Mulai dari tayangan infotainment, acara hiburan, iklan sampai pada acara pemberitaan, acapkali menampilkan tayangan diluar kelayakan buat konsumsi publik, khususnya anak-anak.
Langganan:
Postingan (Atom)