Minggu, 01 April 2012

Anak-anak dan adiksi Televisi


 Sumber gambar: disini

Dewa, sebut saja begitu, anak kelas 1 SD di bilangan Jakarta Selatan meletakkan tas sekolahnya. Belum juga melepas baju dan sepatu, dia meraih remote control televisi. Klik, klik, dan berhenti di sebuah stasiun televisi swasta. Binar mata coklat terus tertuju di layar kaca, sementara sang ibu berusaha melepas baju seragamnya.
Kebiasaan ini agaknya sudah otomatis. Apakah Dewa sedang makan, bermain, mengerjakan tugas sekolah, hingga menjelang tidur, lebih banyak dikerjakan di depan televisi dalam keadan hidup. Dia lebih suka dirumah nonton televisi dibanding bermain dengan anak-anak sebaya. Sejenak saja dia meninggalkan televisi, kegelisahan begitu nampak di raut mukanya.
Dewa, dan mungkin juga kebanyakan anak-anak, dapat dikategorikan sebagai kecanduan televisi (TV addict). Bagi mereka, rasanya tak akan ada keceriaan tanpa televisi. Dalam beberapa kasus, kecanduan seperti ini bisa sama berpengaruh terhadap kesehatan dengan orang-orang yang teradiksi rokok maupun alkohol.

Banyak penelitian diluar negeri menyebutkan, anak-anak yang waktunya terlalu banyak dihabiskan di depan televisi memiliki kecenderungan lebih gemuk, kurang aktivitas, dan mempunyai kadar kolesterol yang lebih tinggi dibanding dengan anak-anak yang lebih suka bermain di luar ruang. Beberapa peneliti bahkan menduga, kecanduan televisi dapat mendorong tumbuhnya sikap permisif terhadap kekerasan dan sifat-sifat agresif.
Melihat efek negatif bagi kesehatan anak, lantas tindakan apa yang diperlukan jika anak Anda termasuk golongan yang gemar menghabiskan waktunya di depan televisi? Menurut Marie Winn, seorang pemerhati kesehatan anak dari Amerika, hindari membiasakan televisi sebagai teman bagi anak Anda. Tak peduli seberapa sibuknya Anda, biasakan untuk menemani disaat yang sangat penting, seperti belajar.
Diwaktu luang anak, sebaiknya berikan sarana berekreasi yang menarik ketika Anda tidak dapat mengawasi secara langsung. Bisa saja misalnya memberikan berbagai gambar yang dapat diwarnai, memberinya instrumen musik sederhana yang dapat dimainkan oleh si anak, atau memberikan buku cerita bergambar sesuai usianya. Jika sejak dini anak dibiasakan gemar membaca, Anda akan menemukan bahwa si anak akan menyukai buku sama baiknya seperti ia menyenangi acara televisi.
Program Bermanfaat
Seorang psikiatri dari Los Angeles, Caroline Lieberman, menyarankan penyeleksian acara yang layak tonton untuk anak. Libatkan anak dalam pemilihan acara ini, dan beri penjelasan mana yang boleh ditonton serta yang tidak boleh. Lihat daftar program televisi – di beberapa koran menyediakan – dan pilih yang menarik serta bermanfaat bagi anak. Pilih program yang bersifat mendidik, tidak mengandung unsur kekerasan, serta mendukung nilai-nilai dan sifat yang ingin Anda tanamkan pada anak. Usahakan beberapa kali mendampingi anak menonton televisi program pilihan bersama tersebut.
Mengikis kebiasan anak pada adiksi televisi juga dapat dilakukan dengan menetapkan jam belajar dan waktu tidur secara teratur tanpa dipengaruhi kapan suatu program tayangan televisi berakhir. Jangan sekali-kali meletakkan pesawat televisi di ruang tidur atau mengajaknya belajar di depan televisi yang sedang menyala. Coba juga menetapkan aturan ” tak ada televisi pada jam belajar”.
Beri penjelasan pada anak untuk tidak menggunakan televisi sebagai pengiring aktivitasnya. Suara televisi akan merangsang anak secara refleks melihat apa yang sedang ditayangkan. Ini tentu saja akan menjadi gangguan kegiatan utama yang sedang dilakukan. Jika anak suka mendengarkan sesuatu diantara aktivitasnya atau menjelang tidur, dapat diganti dengan radio atau mp3 player. Keduanya kurang menimbulkan keinginan untuk melihat dibanding televisi.
Cara lain adalah dengan memberi waktu lebih pada anak untuk bersosialisasi dengan teman-teman diluar. Tetapi bila Anda khawatir terhadap anak, ajak teman-temannya berkunjung kerumah dan berikan aktivitas yang banyak bergerak, seperti main petak umpet.
Merencanakan satu hari tanpa televisi dengan kegiatan bersama keluarga, patut juga dicoba. Komunitas internasional mencanangkan setiap tanggal 25 Juli sebagai No TV day. Namun Anda bisa memilih setiap akhir pekan sebagai hari tanpa televisi. Ajak anak melakukan aktivitas sosial seperti gotong royong di sekitar komplek, berolah raga ataupun kegiatan keagamaan di akhir pekan.
Dukunglah keinginan positif anak untuk mengikuti kegiatan diluar kegiatan belajar di sekolah. Kursus bermain musik, melukis atau sekolah futsal seusianya, cukup efektif mengalihkan keinginan anak berlama-lama di depan televisi.
Menonton televisi memang dibutuhkan untuk anak. Selain menambah wawasan, pengetahuan, televisi juga memberi hiburan bagi anak. Namun jika anak mulai cenderung kecanduan televisi, saatnya untuk diwaspadai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar