Rabu, 24 Oktober 2012

Gangguan Jetlag




Bagi Anda yang kerap bertandang ke Negara lain dengan perbedaan waktu signifikan, gangguan jetlag pasti sudah tak asing lagi. Ya, jetlag merupakan penyakit yang biasanya menyerang orang-orang yang bepergian ke berbagai belahan dunia dengan perbedaan zona waktu. Jetlag terjadi akibat terganggunya kebiasaan irama tubuh seseorang terhadap waktu setempat. Semakin banyak seseorang melintasi zona waktu, maka semakin besar kemungkinan akan mengalami jetlag.
Gejala yang muncul pada setiap penderita jetlag akan berbeda-beda. Penderita mungkin hanya akan mengalami satu gejala saja atau mungkin banyak gejala sekaligus. Gejala klasik yang kerap muncul seperti dikutip dari   www.nojetlag.com diantaranya terjadi kelelahan dan disorientasi. Keadaan ini menjadikan seseorang bingung, berkurangnya konsentrasi dan motivasi.

Gejala lain adalah terganggunya waktu tidur seperti insomnia, atau kantuk yang berlebihan. Hal ini terjadi karena jam dan irama sirkadian (yang mengatur bangun dan tidur) dalam tubuh seseorang telah terganggu. Kebiasaaan tidur orang Indonesia adalah antara jam 10 malam hingga jam 5 pagi, dan pada saat bersamaaan waktu tersebut merupakan jam aktivitas masyarakat Amerika. Maka bagi seseorang yang pergi ke Amerika Latin, seperti Buines Aires, misalnya, akan mengalami gangguan tidur, atau merasa lapar yang berbeda dengan kebiasaan masyarakat Buines Aires.
Diperlukan waktu beberapa hari untuk menyesuaikan dengan zona waktu baru. Bahkan, NASA memperkirakan bahwa seseorang akan memerlukan satu hari untuk setiap melintasi zona waktu. Jadi jika terdapat perbedaan lima zona waktu, berarti seseorang membutuhkan lima hari untuk kembali ke irama normal.
Jetlag juga mengakibatkan gangguan kesehatan secara menyeluruh. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghubungkan gejala jetlag dengan gangguan kesehatan seperti sembelit atau diare, menurunkan kekebalan tubuh, sakit kepala, iritasi hidung, dehidrasi, ketegangan bahkan keracunan.
Mengurangi Jetlag
Jetlag bisa menyerang siapa saja, baik penumpang maupun kru pesawat yang sudah terbiasa melakukan perjalanan jauh dan melintasi beberapa zona waktu. Sebuah penelitian tahun 1994 mengungkapan 96% responden pramugari internasional yang terbiasa dengan perjalanan lintas zona waktu tetap mengalami jetlag. Secara khusus 90% mengatakan bahwa mereka menderita kelelahan setelah tiba, 94% menyatakan kehilangan energi dan motivasi, serta 93% mengalami gangguan tidur.
Namun, penumpang pesawat merupakan ”korban” jetlag yang paling akut. Hal ini disebabkan karena pada umumnya penumpang tidak terbiasa terhadap faktor penyebab jetlag. Hal lain, karena penumpang juga terbatas pada ruang sempit untuk waktu yang lama serta kurangnya udara segar di kabin penumpang.
Perbedaan gejala yang ditimbulkan serta lama penderitaan oleh seseorang yang megalami jetlag disebabkan beberapa hal. Faktor utama adalah kebiasaan, seorang pramugari profesional akan mengalami gejala jetlag yang lebih ringan dan masa kembali normal yang lebih cepat dibanding penumpang. Faktor persiapan sebelum penerbangan, aktivitas rutin yang bervariasi, istirahat di pesawat dengan baik akan cepat dapat mengatasi perubahan sirkadian.
Selain persiapan sebelum penerbangan – seperti cukup istirahat, rileks dan tidak stress, mengatur pola makan – penderitaan akibat jetlag juga dapat dikurangi dengan banyak minum selama perjalanan. Dibanding kopi, teh maupun jus buah, air lebih bermanfaat untuk menghindari dehidrasi serta menurunkan tingkat stress perjalanan. Alkohol sangat tidak dianjurkan. Dengan atmosfir tipis didalam pesawat, efek memabukkan alkohol lebih kentara dibanding di darat.
Memanfaatkan waktu penerbangan dengan tidur juga sangat dianjurkan untuk mengurangi jetlag. Untuk mendapatkan tidur berkualitas, gunakan penutup mata, penutup telinga serta melepas sepatu. Ini akan sangat membantu rileks sesampai ditujuan. Mandi setibanya ditujuan dengan mengguyur dari ujung rambut sampai kaki atau berenang, akan membantu seseorang pulih lebih cepat dari efek umum jetlag setelah penerbangan.
Secara umum, jetlag tidak mebutuhkan pengobatan yang serius. Gejala ini akan hilang dengan sendirinya seiring aktivitas seseorang. Namun penggunaan obat tidur untuk mengatasi gejala jetlag sangat tidak dianjurkan. Pendekatan ini akan sangat berbahaya, seperti menyebabkan keadaan koma, dengan gerakan tubuh tidak alami dan dapat memicu pembekuan darah secara fatal. Selain itu, obat tidur cenderung menyebabkab dehidrasi serius, serta menambah disorientasi lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar