Bagi Anda yang kerap bertandang ke Negara lain
dengan perbedaan waktu signifikan, gangguan jetlag pasti sudah tak asing lagi.
Ya, jetlag merupakan penyakit yang biasanya menyerang orang-orang yang
bepergian ke berbagai belahan dunia dengan perbedaan zona waktu. Jetlag terjadi
akibat terganggunya kebiasaan irama tubuh seseorang terhadap waktu setempat.
Semakin banyak seseorang melintasi zona waktu, maka semakin besar kemungkinan
akan mengalami jetlag.
Gejala yang
muncul pada setiap penderita jetlag akan berbeda-beda. Penderita mungkin hanya
akan mengalami satu gejala saja atau mungkin banyak gejala sekaligus. Gejala klasik yang kerap muncul seperti dikutip dari www.nojetlag.com diantaranya terjadi kelelahan dan disorientasi. Keadaan
ini menjadikan seseorang bingung, berkurangnya konsentrasi dan motivasi.
Gejala lain adalah terganggunya waktu tidur seperti
insomnia, atau kantuk yang berlebihan. Hal ini terjadi karena jam dan irama
sirkadian (yang mengatur bangun dan tidur) dalam tubuh seseorang telah
terganggu. Kebiasaaan tidur orang Indonesia adalah antara jam 10 malam hingga
jam 5 pagi, dan pada saat bersamaaan waktu tersebut merupakan jam aktivitas
masyarakat Amerika. Maka bagi seseorang yang pergi ke Amerika Latin, seperti Buines
Aires, misalnya, akan mengalami gangguan tidur, atau merasa lapar yang berbeda
dengan kebiasaan masyarakat Buines Aires.
Diperlukan waktu beberapa hari untuk menyesuaikan dengan
zona waktu baru. Bahkan, NASA memperkirakan bahwa seseorang akan memerlukan
satu hari untuk setiap melintasi zona waktu. Jadi jika terdapat perbedaan lima
zona waktu, berarti seseorang membutuhkan lima hari untuk kembali ke irama
normal.
Jetlag juga mengakibatkan gangguan kesehatan secara menyeluruh.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghubungkan gejala jetlag dengan gangguan
kesehatan seperti sembelit atau diare, menurunkan kekebalan tubuh, sakit
kepala, iritasi hidung, dehidrasi, ketegangan bahkan keracunan.
Mengurangi Jetlag
Jetlag bisa menyerang siapa saja, baik penumpang maupun
kru pesawat yang sudah terbiasa melakukan perjalanan jauh dan melintasi beberapa
zona waktu. Sebuah penelitian tahun 1994 mengungkapan 96% responden pramugari
internasional yang terbiasa dengan perjalanan lintas zona waktu tetap mengalami
jetlag. Secara khusus 90% mengatakan bahwa mereka menderita kelelahan setelah
tiba, 94% menyatakan kehilangan energi dan motivasi, serta 93% mengalami
gangguan tidur.
Namun, penumpang pesawat merupakan ”korban” jetlag yang
paling akut. Hal ini disebabkan karena pada umumnya penumpang tidak terbiasa
terhadap faktor penyebab jetlag. Hal lain, karena penumpang juga terbatas pada
ruang sempit untuk waktu yang lama serta kurangnya udara segar di kabin
penumpang.
Perbedaan gejala yang ditimbulkan serta lama penderitaan
oleh seseorang yang megalami jetlag disebabkan beberapa hal. Faktor utama
adalah kebiasaan, seorang pramugari profesional akan mengalami gejala jetlag
yang lebih ringan dan masa kembali normal yang lebih cepat dibanding penumpang.
Faktor persiapan sebelum penerbangan, aktivitas rutin yang bervariasi,
istirahat di pesawat dengan baik akan cepat dapat mengatasi perubahan
sirkadian.
Selain persiapan sebelum penerbangan – seperti cukup
istirahat, rileks dan tidak stress, mengatur pola makan – penderitaan akibat
jetlag juga dapat dikurangi dengan banyak minum selama perjalanan. Dibanding
kopi, teh maupun jus buah, air lebih bermanfaat untuk menghindari dehidrasi
serta menurunkan tingkat stress perjalanan. Alkohol sangat tidak dianjurkan.
Dengan atmosfir tipis didalam pesawat, efek memabukkan alkohol lebih kentara
dibanding di darat.
Memanfaatkan waktu penerbangan dengan tidur juga sangat dianjurkan untuk
mengurangi jetlag. Untuk mendapatkan tidur berkualitas, gunakan penutup mata, penutup
telinga serta melepas sepatu. Ini akan sangat membantu rileks sesampai
ditujuan. Mandi setibanya ditujuan dengan mengguyur dari ujung rambut sampai
kaki atau berenang, akan membantu seseorang pulih lebih cepat dari efek umum
jetlag setelah penerbangan.
Secara umum, jetlag tidak mebutuhkan pengobatan yang serius. Gejala ini
akan hilang dengan sendirinya seiring aktivitas seseorang. Namun penggunaan
obat tidur untuk mengatasi gejala jetlag sangat tidak dianjurkan. Pendekatan
ini akan sangat berbahaya, seperti menyebabkan keadaan koma, dengan gerakan
tubuh tidak alami dan dapat memicu pembekuan darah secara fatal. Selain itu,
obat tidur cenderung menyebabkab dehidrasi serius, serta menambah disorientasi
lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar